Dalam perjalanan hidup, aku bertemu banyak orang, bicara dengan jutaan isi kepala. Orang-orang yang awalnya asing menjadi dekat, begitu sebaliknya. Namun, aku masih tidak suka keramaian. Aku masih lebih sering menjengkelkan daripada menyenangkan. Aku masih tidak suka berinteraksi dengan banyak orang. Ada kalanya aku ingin berbincang, tapi aku bukan tipe pembuka pembicaraan. Ada kalanya aku senang bercanda, tapi tak jarang aku sekaku pohon; sediam batu. Aku masih tidak suka kedekatan yang tidak perlu. Aku lebih suka sesuatu yang singkat-padat-jelas, tapi aku cenderung berbelit-belit pada kehidupan; kesulitan menyusun kata menjadi maksud secara lisan. Aku suka mendengarkan, tapi aku seringkali merasa tidak sama sekali berguna karena hanya mampu mendengarkan. Aku masih sulit percaya pada makhluk yang menyebut diri mereka manusia. Aku bisa bersikap demikian manis, tapi lebih sering tidak sabaran. Masih sarkas pada hal-hal yang berkaitan dengan ketulusan. Aku masih keras kepala.
Lalu suatu hari aku bertemu denganmu.
Kau membuatku mendefinisikan ulang kata "Aku" menjadi tidak boleh egois dan keras kepala. Dulu, "Aku" selalu menganggap bahwa hidup adalah tentang diri sendiri. Namun, sejak kau hadir dalam hidupku, kau menarikku keluar dari zona (ny)amanku. Membuatku berinteraksi dengan banyak orang; menciptakan kedekatan yang seharusnya tidak perlu. Membuatku percaya pada hal-hal yang berkaitan dengan ketulusan. Membuatku mulai mempercayai makhluk bernama manusia.
Kau mungkin tidak pernah tahu seberapa banyak kau telah mengubah hidupku. Kau mungkin tidak pernah menyangka bahwa aku sempat mendefinisikan kata "Kamu" menjadi seseuatu yang pantas diperjuangkan.
Terima kasih telah mengajarkanku bahwa hidup bukan hanya tentang diri sendiri. Bahwa suatu hari kelak aku akan berbagi hidup dengan laki-laki penyabar, laki-laki dengan hati seluas samudera yang mengizinkanku menyelam di dalamnya, laki-laki yang tidak akan pernah menyerah sekalipun mencintaiku menjadi tidak mudah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar